Kamis, 14 Januari 2010

proposal,,,,

Judul : Pengaruh Pemakaian Bungkil Inti Sawit Dengan Suplementasi Enzim Dalam Ransum Terhadap Produksi Dan Kualitas Telur



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia peternakan ada hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu pakan. Sering kali bahan pakan yang mahal menghambat perkembangan peternakan unggas. Padahal Indonesia cukup potensial karena didukung sumber daya alam hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan yang melimpah. Untuk menekan biaya produksi dari pembelian bahan pakan komersial yang mahal maka digunakan limbah. Salah satu contoh limbah yang dapat digunakan yaitu bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller). Bungkil Inti Sawit (BIS) mengandung kadar protein lebih rendah bila dibandingkan dengan bungkil kedele dan kacang tanah yaitu sekitar 15,73-17,19% (Chong et al., 1998). Limbah bungkil inti sawit memiliki kandungan nutrisi yang rendah namun mengandung SK dan anti nutrisi yang tinggi. Serat kasar yang terlalu tinggi dapat menurunkan produksi. Salah satu yang termasuk serat kasar adalah hemiselulosa yang ternyata mengandung prebiotik yang cukup tinggi. Untuk mendapatkan hemiselulosa harus dapat memisahkannya dengan fitat. Asam fitat sering kali berkaitan dengan asam-asam amino atau protein dan menghambat enzim-enzim pencernaan. (Pallaup dan Rimback, 1996).
Namun sebagian besar peternak akan berhenti memakai atau akan menghindari suatu jenis limbah sebagai pakan jika ternyata produksi ternaknya rendah.

Perumusan Masalah

Pemakaian bungkil inti sawit di dalam campuran ransum untuk mengharapkan prebiotik yang cukup tinggi ternyata juga diikuti dengan SK dan anti nutrisi yang tinggi dari bungkil itu sendiri. SK yang tinggi dapat menurunkan produksi telur ayam.
Untuk mengatasi SK dan anti nutrisi yang tinggi dicampur enzim – enzim yang dapat mendegradasi serat, seperti enzim pendegradasi serat dan fitase. Masih belum dapat dipastikan takaran yang tepat dari pencampuran enzim ke dalam ransum agar prebiotik yang terkandung di bungkil inti sawit seimbang dan mengontrol kadar produksi telur.

Hipotesis
Pemakaian bungkil inti sawit yang di suplementasikan dengan enzim pendegradasi serat dan enzim fitase hingga taraf yang seimbang dan optimal agar meningkatkan produksi dan kualitas telur.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian bungkil inti sawit dengan suplementasi enzim dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur.
Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi apakah bungkil inti sawit yang di suplementasikan dengan enzim dapat meningkatkan produksi dan kualitas telur.



























TINJAUAN PUSTAKA


Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller). Bungkil Inti Sawit (BIS) mengandung kadar protein lebih rendah bila dibandingkan dengan bungkil kedele dan kacang tanah yaitu sekitar 15,73-17,19% (Chong et al., 1998).

Fitase
Asam fitat sering kali berkaitan dengan asam-asam amino atau protein dan menghambat enzim-enzim pencernaan. (Pallaup dan Rimback, 1996).






METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi selama 3 bulan dari Oktober sampai Desember 2009.

Rancangan Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bungkil inti sawit, ayam arab atau ayam petelur sebanyak 180 ekor. Ransum yang di gunakan ada 1
Kandang individu yang berjumlah 180 ekor. Setiap kandang diisi dengan 1 ekor ayam.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Faktorial dengan pola Faktorial 3x2x2 dengan 15 kali ulangan dan tiap ulangan terdiri dari 1 ekor ayam. Faktor pertama bungkil inti sawit dengan 3 macam pemakaian ( 0%, 15%, 30% ), faktor kedua adalah tanpa atau dengan penggunaan enzim pendegradasi serat, dan faktor ketiga adalah tanpa atau dengan penggunaan enzim fitase.
Data yang diperoleh dari peubah yang diamati dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova) 3 arah. Apabila ada perbedaan yang nyata dalama analisis ragam maka perbedaan diantara perlakuan akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan ( Stell and Torie, 1995 ).


Peubah yang diamati
Adapun peubah yang diamatin adalah Konsumsi ransum, produksi dan kualitas telur.
Konsumsi ransum diukur setiap minggu dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan jumlah ransum yang tidak dikonsumsi, dinyatakan dalam satuan gram/ekor/minggu.
Produksi diukur dari produksi telur ayam pada setiap macam perlakuan.
Kualitas telur diukur dengan menggunakan beberapa parameter seperti tebal kerabang, warna kuning telur, dan ketebalan albumen.



DAFTAR PUSTAKA
Chong, C.H, R. Blair, I. Zulkifli and Z.A. Jelan. 1998. Physical and chemical characteristics of Malaysian palm kernel cake (PKC). Proc. 20th MSAP Conf. 27-28 July. Putrajaya, Malaysia.
Steel, R.G.D and Torrie, T.H. (1980).Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 

penjahat baik hati Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon.